“Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ini terdapat segumpal darah. Apabila segumpal darah itu baik, maka baik pula seluruh anggota tubuhnya. Dan apabila segumpal darah itu buruk, maka buruk pula seluruh anggota tubuhnya. Segumpal darah yang aku maksudkan adalah hati.” (Hadis Riwayat Al-Bukhari)
Ada kisah lucu saat saya bersekolah di sekolah dasar, benar-benar saya ditegur oleh Allah. Waktu itu pelajaran olah raga dan kami semua menunggu giliran untuk senam lantai. Seperti biasa, saya dan beberapa kawan bercanda. Saat itu ada kawan saya sedang berdiri memperhatikan apa yang dikatakan guru, timbulah niat jahil saya. Saya pun berdiri dan sedikit berlari bersiap untuk menendang bagian bokong kawan saya. Tiba-tiba saya terjatuh. Semua mata pun menuju ke arah saya mungkin karena suara agak keras yang ditimbulkan saat saya jatuh. Saya mencoba berdiri, tapi sungguh aneh. Saya tidak dapat bernapas sama sekali! Akhirnya saya memberi isyarat kepada guru bahwa saya tidak dapat bernapas. Saya benar-benar tidak dapat mengeluarkan satu katapun saat itu!Lalu guru saya pun segera memposisikan saya dengan posisi telungkup lalu melakukan sedikit pemijitan pada punggung atau bagian belakang saya. Alhamdulillah, saya dapat bernapas kembali. Saya pun dimarahi setelah itu :D saya disuruh jangan mengulangi hal tersebut dan bercanda di saat pelajaran olah raga.
Kejadian itu benar-benar masih saya ingat dan menjadi pelajaran berharga. Semakin beranjak dewasa, saya semakin mengerti makna hati.
Saat kita merasa ingin membantu seseorang, kira-kira perasaan itu berasal dari mana? Seperti ada suara di dalam diri kita yang mengajak raga kita untuk menolong seseorang. Suara itu berasa dari otak? Sum-sum tulang belakang? Tidak, ternyata suara itu berasal dari hati. Begitu juga dengan kejadian saya diatas, niat saya untuk iseng itu berasal dari mana? Hati. Sejak saat itu, saya berhati-hati dengan hati saya sendiri karena niat apapun berasal dari hati. Berarti, hati itu tempat bersemayam segala kebaikan dan keburukan tergantung kita sang peminjam hati ingin mengembangkan sifat yang mana di dalam hati. Kaya roti aja, mengembang :D Begini, setiap kita menjalani proses kehidupan yang berbeda-beda jalannya. Ada yang jalannya berkelok-kelok, naik-turun. Ada juga yang terlihat luruuuuuus saja seperti jalan tol. Lurus saja bukannya tidak ada hambatan lho. Setiap kita pasti diberikan ujian oleh sang pemilik hati. Bagi peminjam hati yang sadar akan hakikat hidup adalah ujian, mencari bekal karena suatu saat akan kembali ke pemilik hati, tentu sang peminjam hati ini akan memilih untuk mengembangkan sifat baik pada hatinya dan berusaha meminimalisir sifat-sifat buruk pada hatinya. Namun ada juga sang peminjam hati yang tidak sadar akan hal tersebut, pada umumnya mereka tidak begitu peduli pada apapun yang terlintas di hatinya. Hakikat hidup saja tidak paham kemudian bagaimana mereka dapat memaknai hidup?
Saya memperhatikan orang-orang di sekitar saya. Ada yang bekerja pagi-siang-malam, pokoknya sibuk sekali dengan urusan dunia nya dan tidak peduli dengan ibadah kepada Sang Pemilik Hati. Sepertinya yang ada dalam benaknya hanya keuntungan duniawi, seolah-olah akan hidup ribuan tahun di dunia. Saya memperhatikan, rata-rata orang seperti ini cepat sekali emosi dan akan melakukan hal-hal apapun demi keuntungan duniawi. Wajah dan tatapan matanya saja seperti orang yang tidak tenang :) ya, itu benar. Saya sering memperhatikan itu. Seperti ada yang kosong dalam hatinya. Saya hanya takut suara hati yang berisi kebaikan perlahan-lahan mati karena ditekan oleh sang peminjam hati itu sendiri. Namun, ada juga orang-orang yang sangat memperhatikan hatinya. Pada umumnya, orang-orang ini tidak berambisi dengan kehidupan duniawi. Mereka mensyukuri apa yang sudah diusahakan dan diberikan oleh Sang Pemilik Hati. Bahkan kejadian-kejadian buruk yang menimpa mereka, mereka masih dapat tersenyum dan berkata "Semua milik Sang Pencipta dan akan kembali kepada Sang Pencipta." Seperti tidak ada prasangka, dendam, iri, dengki yang terlihat dari perilakunya. Tutur katanya pun lembut. Tidak mudah mengeluhkan hal-hal kecil yang terjadi di setiap harinya :) Menyenangkan sekali pokoknya berkumpul dengan golongan kedua ini.
Lalu apa yang menyebabkan kedua golongan tadi berbeda? Saya rasa perbedaan itu ada pada bagaimana mereka mengisi hati nya :) Kita, sang peminjam hati yang harus tegas dengan apa saja yang boleh mengisi hati kita. Memohonlah kepada Sang Pemilik Hati untuk melembutkan hati kita agar cahaya nya dapat dengan mudah masuk menerangi hati kita. Memohonlah kepada Sang Pemilik Hati untuk hanya mengijinkan kebaikan-kebaikan yang mendominasi ruang di hati kita. Memohonlah kepada Sang Pemilik Hati agar kita sang peminjam hati dapat mengembalikan hati ini dengan kemurniannya :) Hati-hati dengan hati, ya! :)
No comments:
Post a Comment